Pramono Anung Bicara di PBB: Jakarta Jadi Simbol Komitmen Indonesia terhadap SDGs dan Kesetaraan Gender
Dalam forum internasional bergengsi di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Pramono Anung, membawa nama Jakarta sebagai wajah representatif Indonesia dalam upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tidak hanya mempresentasikan capaian nasional, Pramono juga menyoroti bagaimana Jakarta telah menjadi kota yang terus bergerak ke arah pembangunan inklusif, terutama dalam bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan masyarakat.
Pidato yang disampaikan Pramono dalam Sidang Tingkat Tinggi Agenda 2030 PBB di New York ini mendapatkan perhatian luas, tidak hanya dari negara-negara anggota, tetapi juga dari organisasi internasional yang aktif mendorong agenda pembangunan berkelanjutan.
Jakarta sebagai Cerminan Transformasi Perkotaan
Dalam pidatonya, Pramono menyebut Jakarta bukan hanya kota besar dengan segala tantangannya, tetapi juga kota yang sedang menjalani transformasi luar biasa. “Jakarta adalah contoh bagaimana kota besar di negara berkembang berusaha mengejar ketertinggalan dengan pendekatan yang progresif, kolaboratif, dan berorientasi pada manusia,” ujarnya.
Ia menyoroti berbagai inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir, seperti:
- Integrasi transportasi publik berbasis listrik (MRT, LRT, TransJakarta)
- Peningkatan akses pendidikan dan kesehatan melalui digitalisasi
- Program partisipatif berbasis komunitas untuk pengentasan kemiskinan
Transformasi Jakarta ini, menurut Pramono, adalah bagian dari upaya konkret Indonesia untuk memenuhi target SDGs, terutama poin 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan), poin 5 (Kesetaraan Gender), dan poin 13 (Aksi Iklim).
Fokus pada Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial
Salah satu poin utama dalam pidato Pramono adalah penekanan pada kesetaraan gender. Ia menjelaskan bahwa Jakarta telah menjadi pionir dalam membuka ruang lebih luas bagi perempuan, baik di sektor pemerintahan, dunia kerja, maupun komunitas sosial.
“Perempuan di Jakarta tidak lagi hanya sebagai objek pembangunan, tetapi juga sebagai penggerak utama. Kita melihat peningkatan signifikan keterlibatan perempuan dalam posisi strategis—mulai dari kepala dinas, pengusaha UMKM, hingga aktivis lingkungan di tingkat lokal,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung program “Jakarta Ramah Perempuan dan Anak”, yang mengintegrasikan layanan kesehatan, pendidikan, perlindungan hukum, serta pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas perempuan. Program ini menjadi model yang mulai direplikasi di beberapa daerah lain di Indonesia.
Sorotan Dunia Internasional: Dari Jakarta untuk Dunia
Usai pidato Pramono, delegasi dari beberapa negara memberikan apresiasi terhadap pendekatan Jakarta yang dianggap relevan untuk konteks kota-kota besar lainnya. Delegasi dari Kenya, Brasil, dan Filipina secara khusus menyampaikan ketertarikan untuk belajar dari pengalaman Jakarta dalam menangani kemiskinan perkotaan secara kolaboratif.
Perwakilan UN Women bahkan menyebut Jakarta sebagai “kota dengan dinamika sosial luar biasa yang telah membuat terobosan berarti dalam pendekatan gender-sensitive policy”.
Beberapa organisasi juga menyampaikan keinginan untuk menjadikan Jakarta sebagai lokasi proyek kolaboratif SDGs ke depan. Ini merupakan indikasi bahwa Jakarta, di mata dunia, bukan sekadar ibu kota lama—tetapi pusat gagasan pembangunan yang hidup dan terus tumbuh.
Indonesia Komitmen Capai Agenda 2030
Dalam sesi penutup, Pramono menegaskan kembali komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Agenda 2030 PBB. Ia menyebut bahwa meskipun tantangan global semakin berat—mulai dari krisis iklim, geopolitik, hingga pascapandemi—Indonesia tetap memegang teguh prinsip inklusivitas, kolaborasi, dan pembangunan yang berkelanjutan.
“Tidak ada negara yang bisa menyelesaikan masalah global sendirian. Kita butuh kerja sama, berbagi pengalaman, dan kemauan untuk berubah. Jakarta hanyalah permulaan dari transformasi lebih luas yang tengah dilakukan oleh Indonesia,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pencapaian-pencapaian ini bukan hanya kerja pemerintah pusat, tetapi juga hasil kerja sama lintas sektor—dari swasta, komunitas lokal, hingga generasi muda yang aktif terlibat dalam berbagai isu sosial dan lingkungan.
Masyarakat Jakarta Bangga, Pemerintah Terus Melaju
Berita bahwa nama Jakarta dibawa ke panggung PBB oleh pejabat tinggi negara tentu saja disambut positif oleh masyarakat ibu kota. Banyak warganet yang merasa bangga karena kota mereka akhirnya diakui sebagai pionir pembangunan berkelanjutan di dunia.
Di media sosial, tagar #JakartaMendunia dan #SDGsIndonesia sempat trending, dengan berbagai komentar positif dari aktivis, tokoh publik, hingga pelajar. “Akhirnya, Jakarta nggak cuma disebut soal banjir dan macet. Sekarang kita bisa bilang: ini kota dengan semangat perubahan!” tulis salah satu pengguna Twitter.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri menyambut pidato Pramono ini dengan optimisme. Dalam keterangannya, Penjabat Gubernur DKI menyatakan bahwa hal ini menjadi pemacu semangat bagi seluruh jajaran pemda untuk terus memperkuat program-program berbasis SDGs, memperluas pelibatan warga, dan menjadikan Jakarta benar-benar kota yang layak huni untuk semua.
Penutup: Dari Jakarta, Untuk Pembangunan Dunia
Partisipasi aktif Indonesia dalam forum PBB kali ini membuktikan bahwa pembangunan bukan hanya urusan dalam negeri, tetapi bagian dari diplomasi global yang strategis. Jakarta menjadi simbol nyata bahwa kota-kota di negara berkembang pun bisa tampil di panggung dunia—bukan hanya sebagai penerima bantuan, tapi sebagai sumber solusi.
Dengan keberanian untuk bertransformasi, Jakarta memberi pesan kepada dunia: perubahan itu mungkin, asalkan kita percaya, bekerja sama, dan tidak takut memulai dari kota kita sendiri.