Bawa Semangat Perubahan, Pramono Ajak Diaspora Indonesia di New York Berkontribusi untuk Jakarta
New York, AS — Dalam upaya memperluas partisipasi global dalam pembangunan ibu kota, Pj. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, bertemu dengan puluhan diaspora Indonesia yang menetap di New York dan sekitarnya. Pertemuan ini berlangsung hangat dan penuh semangat di KJRI New York, Sabtu malam waktu setempat (13/7), di mana Pramono mengajak para diaspora untuk ikut serta dalam pembangunan Jakarta pasca-IKN, baik melalui gagasan, jejaring global, maupun investasi strategis.
Dalam pidatonya, Pramono menekankan bahwa Jakarta akan tetap menjadi pusat penting Indonesia meski tidak lagi menyandang status ibu kota. “Jakarta tidak akan redup setelah IKN. Justru ini peluang bagi kita untuk memperkuat identitas baru: sebagai kota global, pusat ekonomi kreatif, dan gerbang diplomasi internasional,” ujarnya di hadapan diaspora yang terdiri dari akademisi, profesional, hingga mahasiswa.
🌏 Diaspora: Aset Strategis untuk Jakarta Baru
Dalam sesi diskusi terbuka, Pramono menjelaskan peran penting diaspora sebagai duta tidak resmi bangsa di luar negeri. Ia menyebut diaspora sebagai “jembatan pengetahuan dan modal” yang bisa menghubungkan Jakarta dengan pusat-pusat inovasi global seperti New York, London, atau Tokyo.
“Banyak dari Anda bekerja di lembaga-lembaga kelas dunia, kampus ternama, dan industri kreatif terdepan. Pengalaman ini sangat berharga untuk Jakarta,” kata Pramono. Ia mencontohkan sektor digital, urban mobility, smart city, dan lingkungan hidup sebagai area kolaborasi potensial.
Pramono juga memaparkan transformasi Jakarta menuju kota global yang kompetitif, termasuk reformasi birokrasi, sistem transportasi cerdas, dan pengelolaan lingkungan. Semua itu, menurutnya, membutuhkan ide-ide segar dan pengalaman global yang dimiliki diaspora.
🏙️ Jakarta Pasca-Ibu Kota: Lebih dari Sekadar Metropolitan
Meski tidak lagi menjadi pusat pemerintahan nasional, Jakarta tetap memiliki peran vital sebagai motor ekonomi, pusat budaya urban, dan simpul logistik di kawasan Asia Tenggara. Pramono menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak melihat pemindahan ibu kota sebagai penurunan status, melainkan momen untuk mereposisi Jakarta sebagai kota dunia (global city).
“Bayangkan Jakarta seperti New York di Amerika—bukan ibu kota, tapi sangat penting dalam banyak aspek,” jelasnya. Dalam konteks ini, keterlibatan diaspora akan memperkuat posisi Jakarta dalam jaringan kota-kota besar dunia.
💬 Aspirasi Diaspora: Siap Berkontribusi, Asal Ada Akses
Pertemuan ini juga menjadi ruang bagi diaspora menyampaikan ide dan harapan mereka. Salah satu mahasiswa doktoral di Columbia University, Laras Setyawan, menyatakan antusiasmenya terhadap ajakan Pramono. “Kami siap membantu, apalagi di bidang riset urban planning dan smart city. Tapi tolong dibuka jalur konkret supaya keterlibatan kami tidak sebatas simbolis,” katanya.
Senada dengan itu, pengusaha diaspora Teguh Dharmawan, yang kini menjalankan startup teknologi ramah lingkungan di Brooklyn, menyarankan agar Jakarta membentuk unit khusus yang menjembatani kolaborasi diaspora. “Kami punya modal dan koneksi. Tapi yang kami butuhkan adalah struktur kerja sama yang jelas dan serius,” ujarnya.
Pramono menyambut baik masukan tersebut dan menjanjikan akan mendorong pembentukan Platform Diaspora Jakarta, wadah komunikasi dan kolaborasi dua arah antara pemerintah daerah dan diaspora.
🤝 Sinergi KJRI dan Pemprov DKI
Pertemuan ini difasilitasi oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York. Konjen RI di New York, Winanto Adi, menyatakan bahwa inisiatif seperti ini sangat penting dalam merawat hubungan emosional diaspora dengan tanah air.
“Banyak diaspora ingin berkontribusi, tapi kadang tidak tahu bagaimana caranya. Maka forum ini adalah langkah yang sangat tepat,” ujar Winanto.
Ia menambahkan bahwa KJRI siap mendukung inisiatif-inisiatif lanjutan untuk membangun konektivitas antara diaspora di AS dan Pemprov DKI Jakarta.
🌟 Jakarta, Masa Depan, dan Identitas Baru
Pertemuan ini ditutup dengan komitmen bersama bahwa masa depan Jakarta tidak hanya ditentukan oleh mereka yang tinggal di dalam kota, tapi juga oleh anak bangsa di luar negeri yang membawa semangat Indonesia ke panggung dunia.
“Diaspora bukan orang asing bagi kita. Mereka adalah bagian dari rumah besar Indonesia. Dan Jakarta adalah rumah yang harus kita rawat bersama,” pungkas Pramono.
Dengan semangat gotong royong lintas benua ini, Jakarta tampaknya siap melangkah menuju masa depan baru—bukan hanya sebagai kota megapolitan, tetapi sebagai kota kolaboratif yang dibentuk oleh warganya di mana pun mereka berada.