Tangisan di Pagi Buta: Bayi Ditemukan di Jakarta Timur Bersama Surat Haru dari Sang Ibu
Jakarta Timur — Suasana pagi yang biasanya tenang di kawasan pemukiman warga di Cakung, Jakarta Timur, mendadak berubah menjadi penuh kehebohan. Seorang bayi laki-laki ditemukan warga dalam kondisi terbungkus kain, diletakkan di teras sebuah rumah warga, lengkap dengan selembar surat tangan yang diduga ditulis oleh ibu si bayi.
Peristiwa mengharukan ini terjadi pada Minggu dini hari (14/7), sekitar pukul 04.30 WIB. Warga yang pertama kali menemukan bayi tersebut adalah Ibu Wati (45), pemilik rumah tempat bayi itu diletakkan.
“Saya dengar suara tangisan pelan-pelan, saya kira kucing. Tapi lama-lama kok seperti bayi. Pas saya buka pintu, ternyata benar bayi—masih merah, terbungkus kain, dan ada surat di atasnya,” ujar Ibu Wati, masih dengan nada bergetar.
📄 Surat Haru yang Menyentuh Hati
Surat yang ditemukan bersama bayi tersebut ditulis tangan di atas selembar kertas bergaris. Isinya menyentuh siapa saja yang membacanya. Berikut kutipan dari isi surat tersebut:
“Maafkan saya telah meninggalkannya. Saya tidak mampu merawatnya karena kondisi saya sangat sulit. Tolong rawat dia seperti anak sendiri. Saya hanya ingin dia hidup dan punya masa depan. Saya sayang dia, tapi saya tak punya pilihan.”
Warga yang membaca surat itu spontan menitikkan air mata. Tak sedikit yang berspekulasi bahwa sang ibu tengah berada dalam tekanan ekonomi atau sosial yang sangat berat hingga mengambil keputusan berat tersebut.
👮♂️ Polisi Lakukan Penyelidikan
Setelah penemuan bayi tersebut, warga segera melaporkan kejadian ini ke Polsek Cakung. Tak lama kemudian, petugas datang untuk mengamankan lokasi dan membawa bayi ke Puskesmas setempat guna mendapatkan pemeriksaan medis.
Kapolsek Cakung, AKP Bagus Hermanto, membenarkan peristiwa tersebut dan mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap identitas pelaku penelantaran.
“Kami sudah mengamankan surat dan memeriksa CCTV di sekitar lokasi. Kami juga akan memeriksa sidik jari pada surat yang ditinggalkan. Tujuannya bukan untuk menghukum semata, tetapi juga untuk mengetahui motif dan kondisi sang ibu,” jelas AKP Bagus.
🍼 Kondisi Bayi Sehat, Berpeluang Diadopsi
Setelah diperiksa di puskesmas, bayi tersebut dinyatakan dalam kondisi sehat meski mengalami sedikit dehidrasi karena diduga ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama. Bayi kini berada dalam perawatan sementara Dinas Sosial Jakarta Timur.
Kepala Dinsos Jakarta Timur, Siti Mariani, mengatakan bahwa proses pendampingan dan observasi psikologis akan dilakukan terlebih dahulu sebelum menentukan langkah selanjutnya.
“Bayi ini bisa dirawat sementara di panti, sambil menunggu apakah ada kerabat atau pihak keluarga yang datang mengklaim. Jika tidak, maka jalur adopsi terbuka sesuai prosedur hukum,” ujarnya.
Siti juga menambahkan bahwa pihaknya menerima banyak telepon dari warga yang ingin mengadopsi bayi tersebut, namun menegaskan bahwa proses adopsi tetap harus melalui pengadilan dan lembaga resmi.
❤️ Respons Publik: Dari Marah hingga Empati
Peristiwa ini memancing reaksi beragam dari publik. Di media sosial, netizen membanjiri linimasa dengan tagar #BayiCakung dan menyuarakan keprihatinan mendalam atas kasus ini.
Sebagian merasa marah karena menilai tindakan meninggalkan bayi sebagai perbuatan tidak bertanggung jawab. Namun banyak pula yang mencoba memahami kondisi sang ibu.
“Jangan-jangan dia korban kekerasan atau dipaksa menyerahkan anaknya. Kita nggak tahu ceritanya. Harusnya ada tempat aman untuk ibu-ibu seperti ini,” tulis akun @mawarpeduli di Twitter.
Psikolog anak dan keluarga, dr. Ratna Sulistyaningsih, menyarankan agar pemerintah memperkuat program safe haven atau tempat penitipan bayi darurat yang aman dan legal bagi ibu yang tidak mampu mengasuh anaknya. “Kita butuh sistem yang menyelamatkan ibu dan anak, bukan hanya sistem yang menghukum,” ujarnya.
✨ Harapan dari Sebuah Awal yang Sulit
Meski berawal dari tragedi, banyak pihak berharap bayi ini bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Warga sekitar, relawan, hingga dinas sosial bersatu memberikan kasih sayang dan dukungan terbaik.
“Kami sudah menganggap dia seperti anak kami sendiri,” ujar Ibu Wati, yang hingga kini masih menyempatkan diri menjenguk bayi tersebut setiap hari di puskesmas.
Kisah bayi mungil ini mungkin dimulai dengan kesedihan dan kehilangan, namun siapa tahu, justru dari sini ia akan menemukan keluarga yang mencintainya sepenuh hati—dan kelak tumbuh menjadi pribadi yang menginspirasi.