Gerakan Urban Farming: Pemkot Jakarta Timur Tanam Ribuan Cabai untuk Ketahanan Pangan Warga
Jakarta Timur – Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap pasokan luar daerah, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan program penanaman ribuan bibit cabai secara serentak di berbagai titik wilayahnya. Program ini merupakan bagian dari Gerakan Urban Farming yang diharapkan dapat menciptakan kemandirian pangan di tengah masyarakat perkotaan.
Penanaman secara simbolis dilakukan oleh Wali Kota Jakarta Timur, M. Anwar, bersama jajaran dinas terkait dan warga di lahan pertanian perkotaan di Kecamatan Cipayung, Jumat (18/7). Ribuan bibit cabai jenis rawit dan merah keriting ditanam dalam pot serta lahan terbuka milik pemerintah daerah maupun warga.
“Gerakan ini bukan hanya simbolik, tapi bentuk nyata kepedulian pemerintah terhadap ketahanan pangan lokal. Dengan menanam sendiri, warga bisa menghemat pengeluaran dan tidak terlalu tergantung pada harga pasar yang fluktuatif,” ujar Anwar.
Mengurangi Ketergantungan Pasokan Luar
Harga cabai yang kerap naik tajam menjadi alasan utama digulirkannya program ini. Cabai merupakan salah satu komoditas yang sangat dibutuhkan oleh rumah tangga di Indonesia. Namun, karena mayoritas pasokannya berasal dari luar Jakarta, harga cabai sangat sensitif terhadap gangguan cuaca, distribusi, hingga kondisi politik di daerah produsen.
Melalui penanaman cabai di lingkungan sendiri, warga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga secara mandiri. Selain itu, hasil panen yang berlebih juga bisa dijual ke tetangga sekitar, menciptakan potensi ekonomi baru dalam skala kecil.
Menurut data Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Jakarta Timur, sebanyak 10.000 bibit cabai telah disebar ke 10 kecamatan dengan prioritas lokasi padat penduduk dan minim akses ke pasar tradisional.
Edukasi dan Pendampingan oleh Pemerintah
Tidak hanya memberikan bibit, Pemkot Jakarta Timur juga menyediakan pelatihan dan pendampingan kepada warga melalui petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL). Pelatihan meliputi teknik menanam cabai yang baik, pemupukan organik, perawatan tanaman, hingga cara panen dan penyimpanan hasil.
“Kami ingin memastikan tanaman yang ditanam warga benar-benar tumbuh subur dan produktif. Untuk itu, edukasi menjadi bagian penting dalam gerakan ini,” jelas Kepala DKPKP Jakarta Timur, Heni Suryani.
Sebagai dukungan tambahan, Pemkot juga bekerja sama dengan sejumlah BUMD untuk menyiapkan media tanam, pupuk kompos, dan alat tanam sederhana. Bahkan, beberapa sekolah dan kantor kelurahan ikut serta dalam program ini dengan memanfaatkan halaman kosong sebagai kebun cabai mini.
Kemandirian Pangan di Tengah Kota Metropolitan
Urban farming atau pertanian kota bukan hal baru, tetapi kini mulai kembali populer sebagai jawaban atas tantangan ekonomi dan lingkungan di kota besar. Dengan lahan terbatas, masyarakat diajak untuk memanfaatkan pekarangan rumah, rooftop, atau pot tanaman vertikal guna menanam sayuran dan rempah-rempah.
Wali Kota Anwar menyebutkan bahwa gerakan ini juga selaras dengan kampanye pengendalian inflasi daerah. Cabai yang kerap memicu inflasi bisa dikendalikan jika pasokan lokal mencukupi.
“Kita tidak hanya bicara soal menanam cabai. Ini adalah gerakan perubahan gaya hidup—lebih mandiri, produktif, dan ramah lingkungan,” tegasnya.
Antusiasme Warga dan Target Jangka Panjang
Warga menyambut baik inisiatif pemerintah ini. Siti Rohayati (46), warga Cipayung, mengaku senang mendapat bibit cabai dan pelatihan cara menanam. Ia mengaku kini rutin menyiram tanaman di halaman rumahnya dan berharap bisa panen dalam waktu dua bulan ke depan.
“Biasanya saya beli cabai tiap minggu. Kalau ini berhasil, bisa hemat uang dan mungkin saya jual juga ke tetangga,” ujarnya sambil tersenyum.
Ke depan, Pemkot Jakarta Timur menargetkan untuk memperluas jenis tanaman yang dibudidayakan, seperti tomat, kangkung, bayam, dan rempah-rempah lainnya. Program ini juga akan dikembangkan sebagai kegiatan komunitas dan sekolah, agar anak-anak sejak dini mengenal pentingnya kemandirian pangan dan keberlanjutan lingkungan.