Menyamar Jadi Pelanggan, Satpol PP Tangkap Basah 6 PSK di Jakarta Barat
Jakarta Barat — Aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Barat kembali menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat) demi menjaga ketertiban dan kenyamanan lingkungan. Dalam operasi yang dilakukan secara diam-diam, enam perempuan yang diduga sebagai pekerja seks komersial (PSK) diamankan dari salah satu kawasan rawan prostitusi di wilayah tersebut.
Yang menarik, pengungkapan ini dilakukan dengan metode tak biasa. Petugas menyamar sebagai pelanggan dan berhasil memancing keenam wanita tersebut sebelum akhirnya dilakukan penindakan.
Operasi Tertutup di Tengah Malam
Kepala Satpol PP Jakarta Barat, Tamo Sijabat, menjelaskan bahwa operasi ini merupakan bagian dari patroli rutin yang ditingkatkan, terutama di daerah yang rawan praktik prostitusi terselubung. “Kami menerima laporan dari masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang terjadi secara sembunyi-sembunyi, terutama di sekitar wilayah Kalideres dan Cengkareng,” ungkapnya.
Untuk memastikan informasi tersebut akurat, sejumlah anggota diturunkan dengan berpakaian sipil dan menyamar sebagai pelanggan. Hasilnya, dalam waktu singkat mereka berhasil mendekati beberapa wanita yang langsung menawarkan jasa seksual dengan tarif tertentu.
Setelah mendapatkan bukti dan dokumentasi awal, tim lainnya segera menyergap lokasi dan mengamankan enam orang yang terlibat, termasuk seorang muncikari.
Tarif dan Modus Operandi
Menurut pengakuan para PSK yang diamankan, mereka biasanya beroperasi secara berpindah-pindah dan mengandalkan komunikasi via aplikasi pesan singkat. “Kami janjian lewat WA atau Telegram, lalu ketemuan di tempat yang disepakati. Tarifnya mulai dari Rp250.000 sampai Rp500.000,” ujar salah satu dari mereka yang enggan disebutkan namanya.
Satpol PP mengungkap bahwa modus seperti ini sudah marak di Jakarta Barat. Banyak dari para pelaku tidak lagi mangkal di tempat terbuka, melainkan menggunakan media sosial atau aplikasi pesan untuk menjaring pelanggan. “Model ini lebih sulit dilacak, jadi kami butuh strategi khusus, salah satunya menyamar seperti ini,” ujar Tamo.
Langkah Penanganan dan Pembinaan
Setelah diamankan, keenam PSK tersebut dibawa ke kantor Satpol PP untuk didata dan diberikan pembinaan. Mereka juga menjalani pemeriksaan kesehatan dasar, termasuk tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan.
“Kami tidak langsung menghukum. Mereka ini korban dari sistem yang rumit. Setelah pembinaan, kami akan koordinasikan dengan Dinas Sosial untuk rehabilitasi dan pelatihan agar mereka bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak,” terang Tamo.
Satpol PP juga menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan operasi serupa secara berkala demi menjaga moralitas publik dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi warga.
Respons Warga dan Tokoh Masyarakat
Penindakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat setempat. Menurut Abdul Karim, ketua RW di salah satu kawasan yang menjadi lokasi operasi, keberadaan praktik prostitusi sangat meresahkan. “Kami sudah sering mengingatkan, tapi kalau tanpa tindakan tegas, mereka kembali lagi. Saya apresiasi langkah Satpol PP yang bertindak langsung tanpa menimbulkan kegaduhan,” katanya.
Beberapa warga juga merasa lebih tenang karena kawasan yang sebelumnya kerap ramai pada malam hari kini mulai terlihat bersih dan tertib.
Kesimpulan: Antara Penindakan dan Harapan Baru
Operasi penyamaran yang dilakukan Satpol PP Jakarta Barat bukan sekadar langkah penindakan hukum, tetapi juga bagian dari upaya menciptakan solusi jangka panjang terhadap masalah sosial. Enam PSK yang tertangkap kini akan diarahkan pada rehabilitasi dan pembinaan agar bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Sementara itu, aparat berjanji akan terus mengembangkan strategi proaktif dalam memberantas praktik-praktik terselubung yang merusak tatanan sosial kota.
Jakarta Barat terus bergerak menjaga ketertiban — dan langkah berani seperti ini menjadi bukti nyata bahwa kota ini tidak tinggal diam.