Teriakan “Mama Tolong!” Pecah di Tengah Api, Kebakaran di Tebet Sisakan Duka Mendalam
Teriakan “Mama Tolong!” Pecah di Tengah Api, Kebakaran di Tebet Sisakan Duka Mendalam
Jakarta Selatan — Suasana tenang malam di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, mendadak berubah menjadi kepanikan saat kobaran api besar melahap deretan rumah warga pada Minggu dini hari (20/7). Di tengah kepulan asap pekat dan kobaran api yang kian membesar, terdengar jeritan memilukan dari salah satu sudut permukiman padat itu: “Mama tolong!”
Teriakan histeris tersebut menggema dan menyayat hati warga yang berupaya menyelamatkan diri. Banyak yang tak kuasa menahan air mata ketika mengenang detik-detik mencekam saat api dengan cepat melahap rumah-rumah yang terbuat dari material mudah terbakar.
Detik-detik Kebakaran Mengamuk
Menurut kesaksian warga sekitar, api mulai terlihat sekitar pukul 02.10 WIB dari salah satu rumah di gang sempit. Api dengan cepat membesar karena angin kencang dan kondisi rumah yang saling berdempetan. Hanya dalam hitungan menit, api sudah menyebar ke beberapa rumah lainnya.
“Awalnya saya dengar suara ledakan kecil, lalu bau asap. Pas saya keluar, api sudah besar dan saya dengar suara anak kecil teriak ‘Mama tolong!’. Suaranya nyaring sekali, bikin merinding,” ujar Riko, salah satu warga yang turut membantu evakuasi.
Beberapa warga berupaya memadamkan api dengan alat seadanya, tapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Kobaran api terlalu cepat menyebar, dan banyak penghuni rumah yang masih terlelap tidur ketika kejadian berlangsung.
Upaya Penyelamatan dan Respons Damkar
Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi sekitar 15 menit setelah laporan diterima. Sebanyak 12 unit mobil damkar dikerahkan ke lokasi untuk menjinakkan api yang terus berkobar. Proses pemadaman berlangsung lebih dari dua jam hingga api benar-benar bisa dikendalikan.
Kepala Seksi Operasional Damkar Jakarta Selatan, Gatot Sulaeman, mengonfirmasi bahwa penyebab kebakaran diduga berasal dari korsleting listrik. “Kami masih melakukan investigasi, tapi dugaan awal memang karena hubungan arus pendek. Kondisi gang sempit juga menyulitkan petugas menjangkau titik api secara langsung,” jelas Gatot.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, beberapa warga mengalami luka ringan akibat menghirup asap tebal dan berdesakan saat menyelamatkan diri.
Warga Kehilangan Tempat Tinggal
Setidaknya 15 rumah hangus terbakar, dan lebih dari 50 jiwa kehilangan tempat tinggal. Para korban kini sementara ditampung di posko darurat yang didirikan di balai RW setempat.
Isak tangis tak terbendung ketika para korban menyadari rumah dan harta benda mereka habis terbakar. “Saya cuma bisa bawa anak-anak keluar, itu pun tanpa baju lengkap. Semua habis. Surat-surat, pakaian, motor, semuanya,” tutur Santi, seorang ibu rumah tangga yang terlihat masih syok.
Teriakan yang Masih Terngiang
Salah satu hal yang paling membekas bagi warga adalah suara jeritan minta tolong dari seorang anak yang terdengar dari dalam rumah. Hingga kini, warga masih membicarakan insiden itu, dan berharap anak tersebut berhasil diselamatkan oleh keluarganya.
“Teriakan ‘Mama tolong’ itu benar-benar bikin saya susah tidur sampai sekarang. Saya enggak tahu siapa anak itu, tapi saya doakan dia selamat,” ujar Riko lagi, sambil menunduk haru.
Pemerintah dan Warga Turut Bantu
Pemerintah Kota Jakarta Selatan telah mengirim bantuan logistik berupa makanan, air bersih, serta perlengkapan tidur bagi para korban. Lembaga sosial dan organisasi masyarakat juga turun tangan membantu meringankan beban para korban.
Warga sekitar pun saling bergotong royong membantu para korban, membuktikan bahwa di tengah musibah, rasa solidaritas masih sangat kuat di tengah masyarakat.
Penutup
Kebakaran di Tebet ini bukan sekadar kehilangan fisik, tapi juga menyisakan trauma mendalam, terutama suara jeritan “Mama tolong!” yang hingga kini masih terngiang di telinga warga. Musibah ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bahaya kebakaran, terutama di permukiman padat penduduk.
Semoga para korban diberi ketabahan, dan upaya pemulihan berjalan lancar. Kita semua berharap, suara minta tolong yang menggema malam itu menjadi yang terakhir — cukup jadi pelajaran agar tragedi serupa tak terulang kembali