Warga Jakarta Selatan Resah Maraknya Peredaran Beras Oplosan, Pemkot Diminta Turun Tangan
Warga Jakarta Selatan Resah Maraknya Peredaran Beras Oplosan, Pemkot Diminta Turun Tangan
Jakarta Selatan, 18 Juli 2025 — Sejumlah warga di wilayah Jakarta Selatan mengeluhkan peredaran beras oplosan yang belakangan ini kembali marak di pasaran. Banyak warga mengaku tertipu karena membeli beras dengan label premium, namun kualitasnya tidak sesuai harapan — bahkan ditemukan beras yang cepat basi dan tidak layak konsumsi meski baru dimasak sehari sebelumnya.
Beras oplosan yang dimaksud adalah campuran antara beras berkualitas rendah dengan jenis beras lain, lalu dikemas ulang dengan label merek premium. Praktik ini dianggap merugikan konsumen secara ekonomi, bahkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Keluhan Konsumen Meningkat
Siti Rahma (42), warga Kebayoran Baru, mengaku membeli beras kemasan 5 kg dari pasar tradisional dengan harga Rp65.000. Namun, setelah dimasak, beras tersebut mengeluarkan aroma asam dalam waktu kurang dari 24 jam.
“Biasanya saya masak pagi, dan malamnya masih bagus. Tapi yang ini baru sore udah kayak basi, rasanya juga aneh, padahal kemasannya premium,” ujar Siti dengan nada kesal.
Ia juga menyebutkan bahwa tekstur beras saat dicuci pun terasa seperti plastik dan menimbulkan busa, yang menurutnya tidak normal. Setelah mencari tahu, Siti menduga bahwa beras tersebut adalah hasil oplosan, alias bukan murni satu jenis varietas seperti yang tercantum pada label kemasan.
Pedagang Mengeluh, Tapi Tak Punya Pilihan
Para pedagang di sejumlah pasar seperti Pasar Minggu, Blok A, hingga Pasar Kebayoran Lama juga mulai merasa resah karena keluhan pelanggan meningkat. Budi Hartanto, seorang pedagang sembako, mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa pasokan beras dari distributor merupakan hasil oplosan.
“Kami hanya jual dari apa yang dikirim agen. Tapi kalau pelanggan mengeluh, tentu kami yang kena marah duluan. Ini merusak kepercayaan,” ujar Budi.
Ia meminta agar pemerintah daerah, khususnya dinas terkait, dapat segera memantau dan menelusuri rantai distribusi beras, terutama dari distributor kecil yang kerap berganti nama dan lokasi.
Investigasi Awal: Dugaan Beras dari Luar Jakarta
Berdasarkan informasi dari Dinas Ketahanan Pangan, beberapa sampel beras yang dicurigai oplosan sudah diambil dan tengah diuji di laboratorium. Dugaan sementara menyebutkan bahwa beras tersebut didatangkan dari luar Jakarta dan dicampur di gudang-gudang kecil sebelum masuk ke pasar wilayah Jakarta Selatan.
Kepala Seksi Pengawasan Pangan DKPKP Jakarta Selatan, Taufik Maulana, mengatakan bahwa pihaknya telah menemukan indikasi kuat adanya praktik pencampuran beras murah dan beras patah dengan kemasan palsu dari merek ternama.
“Kami akan segera berkoordinasi dengan Satpol PP, Kepolisian, dan Disperindag untuk menindak para pelaku,” tegasnya.
DPRD DKI Minta Aksi Tegas
Merespon keresahan warga, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Eva Damayanti, mendesak agar Pemprov DKI melakukan inspeksi mendadak ke pasar dan gudang penyimpanan beras.
“Ini bukan masalah sepele. Konsumsi beras menyangkut hajat hidup orang banyak. Pemprov harus gerak cepat agar warga tidak terus dirugikan,” ujar Eva saat ditemui di Gedung DPRD DKI.
Ia juga meminta agar ada transparansi dari dinas terkait dalam hasil uji laboratorium, agar masyarakat tahu produk mana saja yang aman dan mana yang patut dihindari.
Konsumen Diimbau Lebih Teliti
Di tengah belum adanya hasil investigasi resmi, pihak kepolisian dan pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk lebih cermat dalam membeli beras. Ciri-ciri beras oplosan umumnya meliputi:
-
Warna tidak seragam (ada yang terlalu putih, ada yang kekuningan)
-
Tekstur keras dan tidak wangi saat dimasak
-
Menimbulkan busa saat dicuci
-
Cepat basi meskipun disimpan dalam magic com
Warga juga disarankan membeli beras dari toko terpercaya atau langsung ke distributor resmi. Jika menemukan produk yang mencurigakan, masyarakat diminta melaporkannya ke pihak kelurahan atau melalui kanal pengaduan resmi Dinas Ketahanan Pangan.
Penutup: Harapan Akan Langkah Tegas
Peredaran beras oplosan di Jakarta Selatan menjadi bukti bahwa pengawasan pangan masih memiliki banyak celah. Warga berharap kejadian ini menjadi perhatian serius dari semua pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga pedagang dan distributor.
“Kami cuma mau makan dengan tenang. Jangan sampai beras, yang jadi makanan pokok orang Indonesia, malah bikin resah,” ujar Siti Rahma dengan nada kecewa.
Demi menjaga keamanan dan kepercayaan publik, langkah tegas dan cepat dari instansi terkait sangat dibutuhkan. Jangan sampai praktik curang ini terus berlangsung dan merugikan rakyat kecil yang justru paling terdampak.